JAKARTA-Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch
Ali Tranghanda menyatakan kalangan menengah terutama di kota-kota besar
diprediksi akan semakin banyak yang beralih untuk membeli properti
apartemen dibandingkan rumah tapak.
"Daya beli yang tanggung membuat dilema bagi kaum menengah, mengingat mereka belum mampu membeli rumah di perkotaan," kata Ali Tranghanda dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Ali, dengan demikian alternatif yang dicari warga dari kalangan menengah itu adalah hunian vertikal seperti apartemen.
"Karena mulai disadari bahwa siap tidak siap bagi kaum urban, hunian vertikal menjadi salah satu alternatif hunian," katanya.
Hal tersebut karena kalangan menengah kerap tidak mampu membeli rumah di Jakarta yang harganya terus semakin merangkak naik. "Kalaupun ada lokasi rumah yang dimaksud akan sangat jauh untuk kaum komuter yang bekerja di Jakarta," ujarnya.
Ia berpendapat, hal itu yang kemudian menjadi pertimbangan banyak pengembang untuk membangun apartemen-apartemen murah di simpul-simpul penyangga Jakarta. "Dengan harga rumah yang sangat tinggi, membuat celah pasar apartemen menengah akan semakin besar," ucapnya.
Sebagaimana diberitakan, pasokan apartemen diperkirakan semakin "membanjir" di wilayah DKI Jakarta dalam beberapa tahun mendatang dengan semakin banyak menawarkan konsep gabungan antara tempat tinggal dan pusat komersial.
"Jumlah pasokan apartemen yang sangat besar diperkirakan akan membanjiri pasar apartemen 'strata-title' (hak milik) selama tiga tahun mendatang," kata Associate Director Research Colliers International Indonesia (konsultan properti) Ferry Salanto.
Menurut dia semakin banyak pula apartemen yang dibangun dengan menggunakan konsep "mixed-use" atau mengintegrasikan kawasan residensial dengan komersial.
Ia mencontohkan, beberapa proyek apartemen yang menerapkan "mixed-use" tersebut antara lain Bassura City (Jakarta Timur), Green Bay Pluit (Jakarta Utara), Green Pramuka dan Holland Village (Jakarta Pusat), serta St Moritz (Jakarta Barat).
Semua apartemen tersebut menawarkan gaya hidup "one-stop living" di mana para pemilik atau penyewa apartemen dapat berbelanja, berbisnis, berolahraga di gym, dan juga dekat dengan tempat tinggal mereka di satu lokasi yang sama.
Dengan demikian, lanjutnya, pembangunan apartemen jenis tersebut juga dapat mempromosikan kapasitas yang lebih besar untuk area yang disewakan serta kerap meningkatkan nilai properti di tempat tersebut.
Berdasarkan data Colliers International, terdapat sekitar 2.500 unit kamar apartemen yang diluncurkan di wilayah DKI Jakarta pada periode kuartal III 2013.
Dari jumlah tersebut, 37 persen terletak di Jakarta Utara, yang diikuti Jakarta Selatan (29 persen), Jakarta Timur (24 persen) dan Jakarta Pusat (10 persen).(*/hrb)
"Daya beli yang tanggung membuat dilema bagi kaum menengah, mengingat mereka belum mampu membeli rumah di perkotaan," kata Ali Tranghanda dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut Ali, dengan demikian alternatif yang dicari warga dari kalangan menengah itu adalah hunian vertikal seperti apartemen.
"Karena mulai disadari bahwa siap tidak siap bagi kaum urban, hunian vertikal menjadi salah satu alternatif hunian," katanya.
Hal tersebut karena kalangan menengah kerap tidak mampu membeli rumah di Jakarta yang harganya terus semakin merangkak naik. "Kalaupun ada lokasi rumah yang dimaksud akan sangat jauh untuk kaum komuter yang bekerja di Jakarta," ujarnya.
Ia berpendapat, hal itu yang kemudian menjadi pertimbangan banyak pengembang untuk membangun apartemen-apartemen murah di simpul-simpul penyangga Jakarta. "Dengan harga rumah yang sangat tinggi, membuat celah pasar apartemen menengah akan semakin besar," ucapnya.
Sebagaimana diberitakan, pasokan apartemen diperkirakan semakin "membanjir" di wilayah DKI Jakarta dalam beberapa tahun mendatang dengan semakin banyak menawarkan konsep gabungan antara tempat tinggal dan pusat komersial.
"Jumlah pasokan apartemen yang sangat besar diperkirakan akan membanjiri pasar apartemen 'strata-title' (hak milik) selama tiga tahun mendatang," kata Associate Director Research Colliers International Indonesia (konsultan properti) Ferry Salanto.
Menurut dia semakin banyak pula apartemen yang dibangun dengan menggunakan konsep "mixed-use" atau mengintegrasikan kawasan residensial dengan komersial.
Ia mencontohkan, beberapa proyek apartemen yang menerapkan "mixed-use" tersebut antara lain Bassura City (Jakarta Timur), Green Bay Pluit (Jakarta Utara), Green Pramuka dan Holland Village (Jakarta Pusat), serta St Moritz (Jakarta Barat).
Semua apartemen tersebut menawarkan gaya hidup "one-stop living" di mana para pemilik atau penyewa apartemen dapat berbelanja, berbisnis, berolahraga di gym, dan juga dekat dengan tempat tinggal mereka di satu lokasi yang sama.
Dengan demikian, lanjutnya, pembangunan apartemen jenis tersebut juga dapat mempromosikan kapasitas yang lebih besar untuk area yang disewakan serta kerap meningkatkan nilai properti di tempat tersebut.
Berdasarkan data Colliers International, terdapat sekitar 2.500 unit kamar apartemen yang diluncurkan di wilayah DKI Jakarta pada periode kuartal III 2013.
Dari jumlah tersebut, 37 persen terletak di Jakarta Utara, yang diikuti Jakarta Selatan (29 persen), Jakarta Timur (24 persen) dan Jakarta Pusat (10 persen).(*/hrb)
Sumber: http://id.beritasatu.com/home/kelas-menengah-diperkirakan-beralih-ke-properti-apartmen/73978
Tidak ada komentar:
Posting Komentar